Facebook
RSS

Syuhada"^"


Komandan Lapangan Ahli Strategi, Yasir Galban Yasir Galban merupakan sosok pemuda yang yakin akan janji Allah, seorang yang mukhlis, mujahid dan reformer. Ia telah mencapai keberhasilan dengan gemilang menggapai derajat syahid. Derajat tertingi setelah para nabi. Ditempatkan oleh Allah dalam surgaNya kekal di dalamnya. Kelahiran dan pertumbuhanya Al-Syahid Galban lahir pada tanggal 8 Oktober 1979. Hidup dalam keluarga yang taat agama, namun terlunta-lunta di daerah penngungsian. Nenek moyangnya berasal dari wilayah Kfar Ana wilayah jajahan Israel. Sejak kecil ia paling aktif dalam kegiatan keagamaan. ia juga terkenal ikhlas dalam setiap kegiatan. Wajahnya selalu cerah mengembang senyuman. Semua orang tentu menyukainya, teman-temanya, saudaranya dan lain sebagaianya. Yasir adalah putra terbaik Khanyunis. Salah satu kota pintu gerbang masuk Palestina yang kaya akan para pahlawanya. Ia sangat berbakti pada kedua orang tuanya, mencintai saudara dan temanya. Pendidikanya As-Syahid Galban mengecap pendidikan ibtidaiyah pada tahun 1985 di Madrasah Muan, lalu ke sekolah persiapan (SMP) di sekolah khusus laki-laki di Bani Suhaila. Tingkat tsanawiyahnya ia lenjutkan di Sekolah Kamal Nasher. Seleseai di Kamal Nasher ia melanjutkan di Universitas Islam fak. Syari’ah. Kuliahnya terhenti karena ditangkap serdadu Israel dan dipenjarakan selama satu tahun. Ia juga diincar oleh pembunuh bayaran pasukan penjaga keamanan di Khnayunis. Karakter dan aktifitas dakwahnya Sejak kecil, Galban terkenal senang melakukan aktifitas ibadah. Tempat yang paling senang ia kunjungi adalah Masjid Muin bin Zaid. Maka tak heran bila ia tumbh sebagai pemuda yang zuhud, taat ibadah dan wara. Ia tidak berbicara terhadap sesuatu kecuali bila ada nashnya dari Allah ataupun NabiNya. Ia memulai kegiatannya dengan menghapalkan al-Qur’an, menghadiri majelis ta’lim dan ibadah-ibadah lainya. Hatinya selalu terkait dengan masjid. Ia selalu menunaikan salat fardu di Masjid. Bagaimana tidak, ia seorang pionir da’wah di masjid tersebut. Ia lah penggerak hamper semua kepanitiaan masjid dimulai penggalangan dana hingga aksi social. Ia tidak membatasi hanya mengunjungi saudara-saudara dan kerabatnya saja. Bahkan ia sering mengunjungi para pemuda yang jarang atau tidap pernah kelihatan shalat atau ibadah. Yasir Galban adalah pemuda yang tidak pernah terlambat datang dalam semua kegiatan yang diadakan Gerakan Hamas. Ia selalu datang sambil membawa sejumlah pemuda lainya. Yang menjadi prioritas da’wahnya adalah mendidik genarasi muda dan mengarahkan mereka kepada jalan yang benar. Agar mereka bisa sampai pada kesuksesan. Yasir menganggap dirinya bertanggung jawab tentang maju mundurnya pemuda di kampungnya. Ia dikaruniai sipat kepemimpinan dan keberanian juga kecintaanya terhadap Kitab Allah, Al-Qur’an sebagai rujukan utamanya dalam mengarahkan para pemuda, agar menjadi genarasi Qur’ani. Ia sennatiasa mennyapa dahulu teman-temanya sebelum ia beranjak ke peraduan. Menurut adiknya, Yasir adalah pemuda yang menggapai derajat syahid yang tidak kenal lelah maupun bosan. Ia selalu menasehati dan membimbing teman-temanya. Ia bersipat penyayang pada teman-temanya, namun sangat keras pada musuh-musuh Allah dan musuh ummat manusian. Bergabung Dengan Brigade Al-Qossam Yasir Galban bergabung dengan Barisan Izzuddin al-Qossam ketika terjadinya Intifadhah al-Aqsha. Ia telah memilih jalan yang penuh lubang dan berduri. Jalan yang ia tempuh dihiasi dengan kesulitan dan kepayahan. Ia termasuk sabiqunal awwalun Al-Qossam, karena sipat-sipatnya yang sitimewa, sepetri kebaranian dan keteguhanya serta kemampuanya dalam perenencanaan gerakan. Sering kali ia menempuh perjalanan untuk menanam ranjau darat bagi kendaraan-kendaraan tempur Israel. Ia adalah singa di padang pasir. Dirinya tidak takut pada siapa pun kecuali pada Allah. Yang menjadi menjadi prioritasnya adalah keikhlasan, kepiawaian dan kelincahan. Ia juga terkenal sebagai perancang perjuangan Al-Qossam dan aktif di dinas militer Brigade Al-Qossam. بيانكتائب القسام {مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُم مَّن قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً } Surat Keterangan Militer dari Brigade Izzuddin Al-Qossam Tentang Syahidnya Komandan Al-Qossam, Yasir Galban Wahai para mujahid Palestina, wahai bangsa Arab dan ummat islam. Dengan melalui jalan yang penuh duri bersama para kafilah da’wah, telah berpulang ke Rahmat Allah mendahului kita menyusul para pendahulunya yang telah lebih dulu mempersembahkan jiwa dan raganya dalam menolong agama Allah dan mempertahankan tanah suci Alquds serta melawan kezaliman dan mengusir musuh-musuh Allah dari Palestina. Mereka mendabakan syuhada dalam memerangi yahudi yang terus maju pantang mundur. Tentu sedikitpun tidak ada masalah, walau berbagai fitnah, ataupun luka dari siapapun. Hari ini, al-Syahid Yasir Galban telah menghadap Allah dengan luka-luka akibat pertempuranya dengan pasukan penjaga keamanan pimpinan Abbas. . Hari ini tanggal 04 Juni 2006 komandan Al-Qossam telah mengakhiri tugas mulianya di dunia dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil dan dua anaknya yang masih kecil. Dialah komandan lapangan : Yasir Ibrahim Al-Galban (26 tahun) Warga Khanyunis Kami atas nama Brigade Al-Qossam dengan ini menegaskan tidak akan mengizinkan siapapun menyentuh para mujahid kami. Kami berjanji akan terus melanjutkan perjuangan mengikuti jejak para pendahulu kita hingga mendapatkan dua kebaikan, kemenangan atau mati syahid. Hanya ada Jihad dan menang atau mati sayahid Brigade Izzudin al-Qossam Jum’at 20 Jumadil Ula 1927 H. 16 Juni 2006 ibrahim Ahmad, Syahid Yang Keluarganya Memaafkan Pembunuh Anaknya [ 10/07/2007 - 10:22 ]
Ibrahim Ahmad Ibrahim Abu Nar, Abu Husen dilahirkan tanggal 12/04/1977 di kamp militer Nazaret, ia baru berumur 30 tahun. Didik dalam keluarga yang taat beragama. Nenek moyangnya berasal dari distrik Aqir. Ia tak pernah ketinggalan shalatya di masjid. Sejak kecil memang ia sudah dibiasakan oleh ayahnya untuk selalu ke masjid, hingga shalat shubuh pun selalu dibawanya. Oleh karena itu ia hidup dalam keluarga kecil namun penuh dengan ketawadhuan. Pendidikanya di mulai di tingkat TK milik organisasi kemanusiaan. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke sekolah khusus bagi para pengungsi dan berhasil memperoleh nilai rata-rata 8. Ia dikenal oleh teman-temanya sebagai pribadi yang sholeh berakhlaq mulia. Ia disukai oleh teman-temanya. Lalu ia melanjutkan sekolah menengah umum (SMU) di sekolah Kholid bin Walid. Semasa di SMU ia sudah ikut brbagai kegiatan Hamas dan ikut dalam organisasi Mahasiswa Islam. Namun kegiatan berlajarnya berhenti karena ia ditangkap oleh serdadu Israel ketika berusia 15 tahun. Orang tua dan keluarganya. Hubungan Ibrahim dengan kedua orang tuanya berjalan baik. Ia memperlakukan orang tuanya dan saudara-saudaranya dengan penuh kecintaan. Sejak kecil memang, ia sudah mencintai saudara-saudaranya dengan penuh kasih sayang. Ia sering menggendong-gendong adik-adiknya ke sana kemari. Ia sangat taat pada orang tuanya, bahkan ketika disuruh pada sesuatu yang ia tidak suka pun, tetap saja ia melakukannya. Ia pernah pergi bersama ibunya ke Yordania untuk mengobati sakit jantungnya. Ibunya sudah menderita penyakit jantung sejak lama. ia pernah menemani ibunya pergi ke rumah sakit di Der Balah pada jam satu malam lalu. Kemudian ia pulang ke rumahnya. Karena tidak ada kendaraan, akhirnya ia berjalan kaki menuju rumahnya dan sampai rumah kira-kira jam empat pagi dan langsung pergi ke masjid karena sudah shubuh. Pengalaman Organisasi Ibrahim ikut bergabung bersama gerakan Islam dalam berbagai kegiatan social. Ia juga pernah jadi pengurus kantor Hamas pada pemilu parlemen tahun kemarin. Perlu disebutkan di sini, walaupun ia aktif di Brogade Al-qossam sebagai komandan lapangan, namun ia masih sempat bekerja sebagai tim pengawas pemilu parlemen kemarin. Aktivitas Jihad Disebabkan kerinduanya pada Negara dan kecintaanya terhadap syahid, ia bergabung bersama barisan al-Qossam di penghujung intifadhah al-Aqsha, dalam rangka membela dan mempertahankan negaranya. Ia bergabung dengan Al-Qossam pada tahun 2002 an. Ia ditempatkan di bagian teknik pembuatan bom tangan. Kemudian dipindahkan menjadi teknisi pembuat roket jenis ringan serta ranjau darat. Lalu ia dipindahkan lagi menjadi komandan lapangan Al-Qossam. Selintas tentang amal jihadnya. Ibrahim terlibat sejumlah pertempuran dengan Israel. Ia bergabung dengan pasukan roket Al-Qossam yang menembakan soket-roketnya kea rah permukiman Israel di Natsarem. Tugasnya waktu itu ialah menggempur menara pengintaian Israel. Ia juga terlibat dalam penempatan ranjau-ranjau darat di jalan Al-Behr, wilayah Al-Faruq dan Shalahuddin. Ia juga tergabung dalam operasi pengintaian serdadu Israel di wilayah perbatasan. Aksi pengintaian - Aksi pengintaian terhadap seorang serdadu di permukiman Netsharem - Operasi pengintaian Buldoser Israel di Der Balah selama 10 jam yang berakhir dengan kemuliaanya mencapai syahadah - Menintai tank Israel di dekat permukiman Kesuvem sepanjang 8 jam bersama komandan Abdul Nasher Abu Syauqah yang diabadikan melelui cameranya. Perjanjian bersama para Syuhada Di harian Palestina yang terbit hari Selasa tanggal 12/2007, setelah terjadinya pertempuran sengait antara Al-Qossam dengann pasukan keamanan bentukan Abbas yang berakhir dengan dikuasainya Jalur Gaza serta menyerahnya kelompok kudeta tanpa ada yang terluka sedikitpun. Ibrahim kemudian menuju ke wilayah Kamp pengungsian, menyusul kabar bahwa rumah salah seorang komandan Al-Qossam dikepung kelomok kudeta. Lalu ia bergegas menuju ke sana dan membagi-bagi pasukan untuk menghadapinya. Namun tak terlihat salah seorang pasukan kudeta menembakan tiga pelurunya ke arah Ibrahim. Dua meleset yang satu mengenai bom yang menggantung di badanya. Mengakibatkan bom itu meledak dan menghancurkan tubuh as-Syahid Ibrahim. Ia sempat di rumah sakit selama tiga hari dan akhirnya meninggal syahid pada hari Jum’at tanggal 15 Juni 2007. Pengampunan Orang Shaleh. Setelah pasukan Al-Qossam berhasil menguasai keadaan dan menangkap para perusuh kudeta. Dan setelah diadakan pemeriksaan terhadap seluruh pasukan kudeta serta pengakuanya atas aksi penembakan itu, Brigade Al-Qossam memerintahkan agar pelaku penembakan terhadap Al-Syahid Ibrahim dihukum Qishash. Ketika orang-orang berkumpul untuk menyaksikan pengadilan Qishash, maka dihadirkanlah sang pembunuh Ibrahim. Ia datang dengan membawa kain kafan, tampak di muka raut ketakutan akan kematianya yang akan segera menjemputnya. Namun tiba-tiba datang salah seorang yang mengatasnamakan keluarga Ibrahim dan memaafkan kesalahan sang pembunuh serta menyerahkanya pada keluarganya. Keluarga As-Syahid Ibrahim tidak minta apapun, sebagai gantinya. Mereka hanya minta gantinya dari Allah subhana wata’ala. Sikap yang sangat mulia yang ditunjukan oleh keluarga As-Syahid, bahkan mereka berterima kasih kepada Al-Qossam yang telah membersihkan Jalur Gaza dari para perusuh kelompok kudeta. (asy)\ As-Syahid Nabil [ 04/06/2007 - 01:40 ] “Apakah ibu ridlo padaku ?” itulah kalimat terkahir yang diucapkan Asy-Syahid Nabil Abdirrahman sesaat sebelum ia meninggalkan kehidupan fana ini. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Rafidia Nablus. Tentara Mujahid Nabil Khatir lahir di kampong Baruqain dekat Salvet tanggal 25/2/1979. Sebegaimana keluarga Mujahid lainya, Nabil Khatir terkenal dengan ketakwaan dan keshalehanya. Ia adalah putra bungsu dari lima saudara laki-laki dan enam saudara perempuanya. Tentunya ia punya sipat-sipat yang tidak dimiliki oleh saudara-saudaranya yang lain, sebagai anak paling kecil di rumah tersebut. Namun ia lebih memilih tinggal di rumahnya saja. Nabil mengecap pendidikan dasar dan menengah di kampungnya di Barqoin dan berhasil memperoleh ijzah jurusan ilmu alam. Dari daftar hasil studinya tergambar ia seorang yang cerdas, pintar dan giat dalam belajar. Sejak kecil memang ia dididik secara islami. Keluarganya terkenal sebagai orang yang taat beragama. Sejak masih anak-anak ia sudah dikenalkan dengan masjid dan pendidikan jihad. Tak jarang ia bersinggungan dengan tentara Israel, ketika pasukan zionis dengan bengisnya menghancurkan rumahnya saat menggerebak dan menangkap suadaranya, terutama pada intifadhah pertama. Dalam hatinya tumbuh kecintaan pada negaranya dan kebencian yang mendalam pada penjajahan. Setelah ia lulus dari sekolah menengah umum ia kemudian melanjutkan ke Universitas Kholil jurusan pertanian pada tahun 1998. Saat itu di Palestina terjadi pergolakan terutama di Tepi Barat akibat perjanjian Madrid yang berlanjut ke perjanjian Oslo yang dinilai merugikan bangsa Palestina. Ketika itu Nabil bergabung dengan madrasah jihad dan perlawanan. Ia masuk pada kelompok Islam, wahana pembentukan para laki-laki dan pabriknya para pahlawan. Nabil lalu masuk pada level komandan dan memenangkan pemilihan pada pemilu mahasiswa. Akan tetapi, jabatan tersebut tidak membuat Nabil kenyang akan kecintaannya terhadap Islam. Ia akhirnya memutuskan untuk keluar dari fakultas pertanian dan berpindah ke fakultas Syari’ah untuk memantapkan pemahaman agamanya. Kebisuan Negara Arab dan mendulnya pemerintahan mereka, dalam menghadapi kejahatan Israel, membuat Nabil merasa sedih dan semakin terkoyak perasaanya. Pada saat yang sama Zionis Israel semakin menyengsarakan rakyat. Maka tak heran bila semangat untuk membela dan melindungi sesamanya semakin kencang di sisi lain kerinduannya terhadap syahadah makin membuncah dalam jiwanya. Hatinya yang lembut tak rela melihat pemerintahan Islam begitu lemah dalam melindungi Al-Aqsha. Dorongan untuk segera mendapatkan mati syahid tidak mengendurkan untuk membela saudaranya, walau sesibuk apapun. Maka puncak cita-citanya dalam menggapai syahadah ia bergabung dengan brigade Izzudin Al-Qossam. Bersama Izzudin lah ia melakukan berbagai operasi penyerangan, penambakan dan pengeboman terhadap tentara musuh. Pada malam ke sepuluh dari bulan Pebruari tahun 2000, sebelum intifadhah al-Aqsha meletus. Nabil beserta sejumlah temanya mempersiapkan operasi pengeboman terhadap jantung permukiman Israel dan kota-kota yang berada di bawah jajahanya. Sebagaimana layaknya orang yang melakukan operasi syahid, sebelum Nabli menuju permukimin Israel di Ariel, ia membungkus badanya dengan bom dan granat. Kedua tanganya pun menggenggam dua buah granat yang siap diledakan. Kecintaanya pada syhahadah melebihi gelegar granat ketika meledak. Namun Allah ternyata berkehendak lain, bom yang dipasang di badanya ternyata keburu meledak sebelum waktunya. Namun inilah mungkin hikmah dibaliknya. Nabil diberi kesempatan oleh Allah untuk dapat bertemu untuk terakhir kali dengan ibunya tercinta, sebelum ia menghadap sang Kuasa, Allah, yang sangat dicintainya melebihi apapun di dunia ini. Mushhaf Al-Qur’an yang tidak pernah terlepas dari genggamanya ikut menemani saat-saat terakhir. Allah telah memelihara hati yang suci itu dengan Al-Qur’an yang selalu dibawa dan dibaca oleh Nabil. Ia ridho terhadap apa yang terjadi. Ia dapat beristirahat dengan tenang menuju peristirahatan panjang. Sebelum pergi, ia sempat bertemu dengan ibunya yang sangat dicintainya. Dengan senyum menghiasi bibirnya, ia berusaha menenangkan hati ibunya yang selama ini mencintai dan mengasishinya. Dengan berlinangan air mata, ibunya melihat Nabil berbaring tak berdaya di atas tempat tidur dan menciuminya. Ibunya bertanya, “Apakah ada yang sakit wahai anakku?” Nabil menjawab, “Tenanglah wahai ibuku, tidak ada yang sakit sedikitpun, namun.., apakah ibu ridho padaku saat ini ….??. Dengan hati terkoyak melihat keadaan anaknya, sambil mengusap air matanya yang tak henti-hentinya mengucur deras dari kedua matanya yang mulia, ibunya berkata, “Tentu wahai anakku …. Allah saja ridlo padamu, jika Tuhanku ridlo maka hatikupun tentu akan sangat ridlo. Nabil minta ibunya untuk menyampaikan salam pada saudara-saudaranya yang tak dapat menyaksikan Nabil karena dihalangi pasuka keamanan yang menjaga sekeliling rumah sakit untuk memeriksa kejadian sebenarnya. Beberapa saat kemudian pasukan keamanan masuk memaksa ibunda Nabil meninggalkan anaknya yang sedang membaca ayat-ayat Allah. Sedetik kemudian anaknya menutup mata untuk terakhir kalinya, walau bibirnya masih nampak bergerak-gerak mengucap dzikir pada Allah. Dengan langkah gontai ibunya keluar dari ruangan tersebut, namun kini hatinya dipenuhi dengan kesabaran dan ketenangan, walau air matanya tak henti berurai paling tidak untuk
saat ini. (pi/asy)

Leave a Reply